Sosok K.H. Maimun Zubair atau Mbah Moen, ulama kelahiran Rembang, Jawa Tengah yang wafat saat menunaikan ibadah haji pada 6 Agustus 2019 silam.
Pemakaman Mbah Moen yakni Al Ma’la biasanya dibongkar setiap empat tahun sekali dan jenazah akan dipindahkan karena lahan pemakaman di Mekah sangatlah terbatas.
Makam Mbah Moen ternyata menjadi salah satu yang dibongkar. Mengejutkannya, jenazah Mbah Moen dikabarkan masih utuh sehingga tidak jadi dipindahkan.
Inilah sosok Mbah Moen Zubair yang jasadnya masih utuh saat dibongkar di Arab Saudi.
Tahukah Tribunners sosok Mbah Moen?
Mbah Moen atau K.H. Maimun Zubair dikenal sebagai ulama kharismatik NU.
Mbah Moen lahir di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 28 Oktober 1928.
Mbah Moen wafat pada umur 90 tahun tepatnya Selasa, 6 Agustus 2019 saat sedang menunaikan haji di Mekah, Arab Saudi.
Mbah Moen kemudian dimakamkan di pemakaman Al Ma’la, Mekah.
Seperti yang telah kita ketahui, Maqbarah Ma’la merupakan komplek kuburan tertua yang ada di Kota Makkah.
Jaraknya sekitar 1-1,5 km dari Masjidil Haram.
Di komplek pemakaman ini, terdapat jasad Khadijah Al-Kubra binti Khuwailid, istri Rasulullah SAW.
Ada pula makam ulama Indonesia, pengarang kitab Nasha’ihul Ibad, Tanqihul Qaul al-Hatsis, Maraqil ‘Ubudiyah, dan lainnya, yakni Syekh Nawawi Al-Bantani al-Jawi, diketahui juga dimakamkan di Ma’la .
Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi adalah ulama besar, dan kakek buyut dari Wakil Presiden RI, KH. Ma’ruf Amin.
Banyak ulama dan kyai di Indonesia yang belajar dengannya.
Dengan demikian, Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi sangat popular dan dikagumi banyak umat.
Diceritakan bahwa, dulunya pemerintah Arab Saudi berencana untuk membongkar makam dan memindahkan tulang-tulang jenazah yang dimakamkan tersebut ke tempat lain.
Namun, saat dilakukan penggalian, ternyata terdapat sejumlah jenazah yang jasadnya masih utuh, dan salah satunya adalah Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi.
Akhirnya jasad Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi tidak jadi dipindahkan.
Sekian tahun kemudian, peristiwa serupa kembali terjadi .
Pembongkaran dan pemindahan jenazah orang-orang yang berada di Maqbarah Ma’la akan dipindahkan ke tempat lain.
Dan lagi-lagi, saat digali, jenazah Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi juga masih utuh.
Sehingga diputuskan untuk tidak jadi dipindahkan.
Peristiwa jasad utuh pun terjadi di makam Mbah Moen.
Ya, jasad ulama Indonesia itu masih utuh sehingga tidak bisa dibongkar.
“Inilah makam ulama Indonesia K.H. Maimun Zubair,” kata Alman Mulyana dalam videonya yang diunggah pada 6 April 2023 .
Kata Alman Mulyana bahwa makam di Mala tersebut empat tahun sekali dibongkar.
“Banyak ulama Indonesia mau dibongkar tapi jasadnya utuh seperti halnya K.H. Maimun Zubair atau Mbah Moen,” katanya.
“Kalau jasadnya utuh itu abadi sampai Yaumul Akhir dan tidak akan pernah diangkat,” bebernya.
Namun jasad di makam lainnya dibongkar dan akan digantikan dengan jasad yang baru.
Lantas siapakah sosok Mbah Moen sebenarnya?
Semasa hidupnya, Mbah Moen pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang.
Mbah Moen merupakan putra pertama dari pasangan suami istri yang bernama KH Zubair Dahlan dan Hj. Mahmudah.
Sejak kecil, Mbah Moen dibimbing langsung oleh ayahandanya yang merupakan seorang ulama dan murid dari As-Syeikh Sa’id Al-Yamany Al-Maliky dan As-Seikh Hasan.
Diantara ilmu yang beliau pahami dan hafal adalah yang biasa digunakan di kalangan santri, seperti Ilmu Shoraf, Nahwu, Fiqh, Manthiq, Balaghah, Ilmu Syarah dan lainnya.
Di usia sekitar 17 tahun, KH. Maimun telah menghafal kitab-kitab Nadzam, seperti AlJurumiyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauhrotul Tauhid, Sullamul Munauroq, Rohabiyyah fil Faraidh. Serta memahami beberapa kitab fiqh yang terkenal seperti Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1945, Mbah Moen menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, di bawah bimbingan KH. Abdul Karim (Mbah Manaf), KH. Mahrus Ali dan KH. Marzuqi, hingga tahun 1949.
Kemudian pada tahun 1950 di usianya yang ke-21 tahun, Mbah Moen berangkat ke tanah suci Makkah untuk melanjutkan studi agamanya dibawah bimbingan Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, dan Syekh Abdul Qodir al-Mandaly.
Sepulangnya dari Makkah, Mbah Moen terus melanjutkan menimba ilmu ke ulama-ulama terkemuka Indonesia, seperti KH. Baidhowi, KH. Ma’shum Lasem, KH. Bisri Musthofa, KH. Wahab Chasbullah, KH. Muslih Mranggen, KH. Abdullah Abbas Buntet, Syaikh Abdul Fadhol Senori, dan ulama-ulama lainnya.
Pada tahun 1967, Mbah Moen mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar di Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Pondok pesantren ini memiliki santri sekitar 3.210 orang, yang terbagi atas santri laki-laki sekitar 2.456, dan santri perempuan berjumlah 754 orang, dengan tenaga pengajar 72 orang.
Dari pesantren ini, Mbah Moen berhasil mencetak banyak ulama-ulama besar Indonesia, seperti KH. Abdul Wahid Bandungsari, KH. Zuhrul Anam, KH. Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, KH Sya’roni dan lainnya.
Gus Baha diketahui sering mendapingi Mbah Moen untuk berbagai keperluan hingga menjadi murid kesayangannya.
Selain itu, Mbah Moen bukan hanya sebagai tokoh penting Nahdlatul Ulama’, ia bahkan pernah menjadi Rais Syuriyah PWNU Jateng, serta menjadi Mustasyar PBNU hingga akhir hayatnya, yakni pada Selasa, 6 agustus 2019 di Mekah.
Karya-karya Mbah Moen, diantaranya:
Kitab Taroojim (Kitab ini bercerita tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Sarang)
Kitab Al-Ulamaul Mujaddidun (Kitab ini berisi masalah untuk ijtihad dan pembaharu Islam)
Kitab Nushuusul Akhyar (Kitab ini berisi masalah puasa dan hari raya)
Kitab Taujihatul muslimin (Kitab ini berisi tentang cara mempersatukan golongan umat Islam)
Kitab Malakhulttanasukkil Maki (Kitab ini berisi tentang jalan ibadah Ulama Mekah dan penyempurnaannya)
Kitab Yasiin Fadhilah (Kitab ini berisi tentang keutamaan Surat Yasiin)
Kitab Al-Fuyudhoturrabbaniyyah (Kitab ini berisi tentang masalah membangsakan pada Thoriqoh Naqsabandiyah)
Dilihat dari karya-karya KH Maimun Zubair, dapat disimpulkan bahwa Mbah Moen merupakan sosok ulama yang sangat berpengaruh di Indonesia, maka tidak heran jika pesan-pesan KH. Maimun Zubair banyak tersebar di media sosial, yang kemudian berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan beragama.
- Nasib Pelaku Bully di Balikpapan, Dibawa ke Polisi Tapi Tak Diproses Hukum, Kepala Disdik Minta Maaf - October 2, 2023
- Heboh Kasus Kopi Sianida,Jessica Wongso Stres Jalani Hukuman Penjara,Ditjen PAS Bobol - October 2, 2023
- Tiktok Shop Masih Bisa Dipakai Jualan atau Tidak? Ini Batas Waktunya - October 1, 2023