Viral di media sosial teriakan pedagang di sebuah pusat perbelanjaan tradisional meminta Shopee dan Lazada ditutup seperti TikTok Shop.
Sebelumnya, viralnya video “jeritan” pedagang Tanah Abang yang meminta TikTok Shop ditutup telah dikabulkan oleh pemerintah.
Per 4 Oktober 2023 lalu, TikTok Shop tak bisa lagi digunakan untuk belanja.
Kini, pedagang kecil dan UMKM yang selama ini memanfaatkan TikTok Shop untuk berjualan hanya bisa menggunakan aplikasi tersebut sebagai media promosi saja.
Penutupan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pelaku usaha dan UMKM. Sebab tidak menampik fakta bahwa banyak pula UMKM yang berhasil maju pesat setelah memanfaatkan TikTok Shop.
Setelah pemerintah menutup fitur belanja di aplikasi besutan perusahaan Tiongkok tersebut, kini pedagang disebut meminta hal baru.
Viral di media sosial jeritan pedagang yang meminta agar Lazada dan Shopee dihapus seperti TikTok Shop.
Sebab menurut mereka, adanya e-commerce membuat pedagang barang jadi yang berjualan di pasar-pasar mengalami penurunan omset dan pendapatan.
“Tolong hapuskan Tiktok Shop, Lazada, Shopee. Tolong kami pak,” kutip poster yang ada di video tersebut.
“Kembalikan Tanah Abang yang dulu pak,” kutip poster lainnya.
Tentu video ini menimbulkan banyak reaksi di antara netizen. Sebab bagaimanapun, budaya belanja di dunia sudah beralih dari konvensional ke onpine.
Menurut data dari NielsenIQ, jumlah masyarakat yang menggunakan e-commerce mencapai 32 juta orang pada 2021. Jumlahnya melesat 88 persen dibandingkan 2020 yang hanya 17 juta orang.
Data itu seolah hendak menjelaskan bahwa pergeseran budaya (dari tradisional ke online) memang tidak dapat dibendung. Yang bisa dilakukan adalah melakukan pembatasan-pembatasan yang kiranya merugikan satu pihak dan pihak lainnya.
Sebuah jurnal berjudul CONSUMER BEHAVIOR SHIFTING IN THE ERA OF DISRUPTION IN INDONESIA menyebut bahwa beralihnya perilaku konsumen dari perilaku konvensional ke online seseorang memicu perubahan pada organisasi bisnis.
Ini bisa diterjemahkan menjadi tugas berat juga bagi pelaku bisnis tradisional untuk mengikuti perkembangan zaman, bukannya menolak keberadaan e-commerce.
TikTok Shop Ditutup, Pedagang di Tanah Abang Ungkap Persaingan Produk Impor
Aktivitas perdagangan di Pasar Tanah Abang mengalami perubahan empat hari sejak TikTok Shop resmi ditutup pada Selasa, 3 Oktober 2023. Penutupan dilakukan karena pemerintah menanggapi keluhan pedagang offline yang tidak dapat bersaing dengan platform social commerce tersebut.
Dalam pantauan Tempo di Pasar Tanah Abang pada Sabtu 7 Oktober 2023, walaupun pasar terlihat lebih ramai dari hari-hari sebelumnya, di beberapa lantai terdapat banyak ruko kosong dan tak terdapat aktivitas perdagangan.
Arto, penjual kaos di Tanah Abang selama lebih dari 20 tahun, mengakui melihat peningkatan orang yang datang sejak TikTok Shop ditutup. “Gak banyak sih, mungkin ada kenaikan pengunjung 20 persen lah. Tapi kan ini baru saja, jadi sudah bagus, semoga makin banyak ke depannya,” ujarnya.
Walau begitu ia berpendapat TikTok Shop bukanlah solusi utama dari permasalahan menurunnya pasar offline. Masalah utama terletak pada produk luar yang harganya sangat murah. Mereka bersaing tak hanya dengan TikTok Shop, tapi juga dengan platform ecommerce lain seperti Shopee.
“Masalah utama itu ada di harga, baik pedagang domestik yang online maupun offline juga susah bersaing. Misal saya jual kaos grosir Rp 100.000 untuk empat baju, mereka (penjual dari luar) bisa jual 7-10, kan gak masuk akal. Untuk menutup modal saja gak bisa,” keluh Arto.
“TikTok Shop itu ditutup karena dia bukan ecommerce, tapi social commerce kan, tapi ya sebenarnya dia itu platform, sama seperti yang lain, Shopee juga begitu. Sebaiknya pemerintah lebih ketat bergerak dalam membatasi produk impor luar yang harganya gak bisa disaingi,” sambungnya.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebelumnya mengatakan pemerintah hanya ingin memisahkan antara platform e-commerce dan media sosial untuk menciptakan level playing field. “Kalau mau jualan nanti bisa urus izin ecommerce, kita bantu. Jadi tidak usah khawatir,” tuturnya.
Sementara itu, Shopee mengumumkan bahwa mereka menutup kategori cross-border yang bersaing dengan produk UMKM sesuai dengan arahan Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2021. Shopee juga telah mengadakan program pelatihan ekspor untuk UMKM.
Meskipun banyak penjual Tanah Abang yang menyambut tutupnya TikTok Shop, namun banyak juga penjual domestik, terutama yang juga berjualan di TikTok Shop, yang tak mendukung hal tersebut. Beberapa UMKM menemukan bahwa platform online mengembangkan usaha mereka.
Salah satunya Nayla, penjual pakaian seragam di Central Tanah Abang (CTA) yang juga dulu memiliki toko online di TikTok Shop dan ecommerce. Ia bercerita bahwa walaupun terdapat pedagang luar yang harganya tak bisa disaingi, produk domestik juga memiliki pasarnya sendiri dan TikTok Shop dapat membantu perdagangan produk domestik.
“Memang Tiktok Shop itu bisa buruk karena bisa melihat mana yang laku, gak lama mereka bisa produksi sendiri dengan barang yang sama, ini yang jelek. Tapi dia juga membantu penjualan. Kalau offline sehari bisa terjual 6-7, Shopee juga lumayan lebih dari itu, tapi TikTok bisa sampai 20. Yang istimewa dari TikTok Shop adalah livenya,” ujar Nayla.
“E-commerce lain juga ada live, tapi karena TikTok kan social media ya, jadi orang lagi main, lalu hanya dengan scroll layar, tiba-tiba lihat produk dan jadi ingin beli, sangat efektif,” tambahnya.
Nayla mengungkapkan penting untuk pedagang lokal dan UMKM berkembang mengikuti arus. Dengan era digitalisasi, penjual offline juga harus belajar teknologi dan dapat berjualan online. Ecommerce terbukti banyak membantu memberi pasar yang lebih luas, orang dari daerah bahkan luar negeri dapat membeli produk domestik.
“Saya lihat seharusnya pemerintah dan pihak e-commerce banyak melakukan sosialisasi digital ke pedagang lokal, ke UMKM. Sosialisasinya jangan hanya diajarkan untuk membuka aplikasi, tapi juga disediakan platform yang menemani mereka dalam hal operasional jangka panjang,” ujar Nayla.
Ia mengatakan banyak potensi untuk dikembangkan, namun banyak pedagang yang terganjal dalam kegiatan operasional, seperti tidak memahami cara menjalankan aplikasi. Ia juga bercerita sejak TikTok Shop ditutup, pesanan produk online berkurang sehingga banyak kurir yang diberhentikan.
Sementara itu, Ian Tim Marketing CTA mengungkapkan usaha mereka dalam membantu meningkatkan penjualan tenant yang berjualan di gedung mereka. Mereka melakukan sosialisasi digital serta membantu mengiklankan toko dan produk tenant mereka lewat media sosial.
“Kami juga memakai TikTok, bukan untuk berjualan, tapi untuk promosi membantu mengiklankan toko-toko di CTA, lewat Instagram juga. Kami juga selalu memberikan pengetahuan kami agar tenant sama-sama maju dan melek teknologi,” ujar Ian.
CTA memiliki website yang juga memasang dan mengiklankan produk serta kontak tenant yang bisa dihubungi pembeli. Dalam website itu juga terdapat pemberitahuan cara kerja, dan keuntungan memasang produk mereka di website, sehingga tenant dapat melihat hasil dari mengembangkan keahlian mereka di website. Ian mengatakan hal itu dilakukan untuk mengembangkan minat menggunakan website sekaligus perkembangan pribadi para tenant.
“Dengan seperti ini mereka belajar dan tahu bahwa pasar mereka tidak hanya di sini saja, tapi juga bisa sampai ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke mana-mana negara. Dan bagusnya, banyak yang berpartisipasi mendaftar website kami. Kalau mereka tidak paham sesuatu, kami ada admin yang dapat membantu keluhan mereka,” pungkas Ian.
“Kami akan terus melakukan sosialisasi dan perkembangan untuk membantu daya jual tenant kami. Bisa dicek produk yang terdapat di Central Tanah Abang, melalui Instagram @centraltanahbang.cta, TikTok @tanahabang.online, dan website kami tanahabang.online,” tutup Ian.
- Mukjizat Bagiku, Betharia Sonata Nangis Haru Rinoa Cabut Laporan Atas Leon Dozan,Ikhlas Memaafkan - 02/12/2023
- Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah,Sesampai Sana Mereka Dibombardir - 02/12/2023
- Usai Marah ke Agus Rahardjo, Jokowi Tanya ke Pratikno: Sprindik Itu Apa Toh? - 02/12/2023