Pasukan darat Israel dilaporkan menghadapi perlawanan sengit dari sejumlah milisi perbebasan Palestina yang dipimpin Hamas di Gaza.
Diketahui, Israel mengumumkan militernya memasuki fase baru dalam operasi militer mereka di Gaza dengan melakukan invasi darat pada Sabtu (28/10/2023).
Dalam serangan darat skala besar di Gaza itu dilakukan pada Jumat malam dengan berpayung serangan udara.
Dalam upaya militer Israel tersebut, sejumlah milisi perjuang Palestina terus melakukan perlawanan sengit.
Faksi militer Hamas, Brigade Al Qassam dilaporkan melancarkan serangan mendadak terhadap pasukan Israel pada Minggu (29/10/2023).
Brigade Al Qassam juga mengklaim, di tengah konsentrasi pasukan Israel di dalam pinggiran Gaza, mereka melakukan infiltrasi ke garis belakangan pertahanan pasukan Tel Aviv.
“Setelah menyusup ke belakang garis mereka, Brigade Al Qassam bentrok dengan pasukan musuh yang melakukan serangan di barat laut Beit Lahia, kata saluran Telegram Al Qassam dilansir TC.
Kerahkan Penembak Jitu
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis sebelumnya pada 29 Oktober, Brigade Qassam Hamas mengumumkan kalau mereka membidik kendaraan-kendaraan tempur Israel dengan menggunakan mortir.
“Brigade Al Qassam terus menghadapi pasukan Zionis yang menembus wilayah Al-Amiriyya di barat laut Beit Lahia, di mana mereka terlibat dalam bentrokan bersenjata dengan pasukan Zionis dan menargetkan kendaraan musuh dengan … mortir. .,” tulis pernyataan tersebut.
“Brigade Qassam “melakukan beberapa operasi penembak jitu. Musuh mengakui bahwa sejumlah tentaranya terluka dalam bentrokan dengan Mujahidin kami yang…masih mengincar pasukan musuh,” tambah pernyataan tersebut.
Saluran Telegram kelompok Hamas juga mengumumkan kalau mereka juga menargetkan konsentrasi (pengumpulan) kendaraan musuh pada Minggu pagi dengan drone kamikaze.
Selain Hamas, kelompok milisi lain di Gaza, Brigade Al-Quds yang merupakan sayap bersenjata gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), juga mengumumkan pada tanggal 29 Oktober menargetkan pasukan Israel yang mencoba memasuki Jalur Gaza utara dengan roket dan mortir.
Militer Israel mengumumkan sebelumnya pada 29 Oktober kalau salah satu perwiranya terluka parah dan seorang tentara lainnya terluka saat berada di dalam Gaza utara pada Sabtu malam.
Brigade Qassam merilis sebuah video pada Sabtu malam, 28 Oktober, yang menunjukkan penghancuran kendaraan lapis baja Israel yang diyakini membawa lebih dari selusin tentara.
Serangan itu terjadi di dekat daerah Shujaiya, Jalur Gaza.
Bukan Operasi Resmi, Masih Berstatus Jajal
Selama sepekan terakhir, Israel telah melakukan serangan darat “terbatas” ke Gaza utara yang bertujuan menguji perairan untuk rencana invasi.
Tentara Israel mengatakan pihaknya menyerang beberapa sasaran Hamas dalam serangan skala kecil pada tanggal 25 dan 26 Oktober.
Pasukan Israel mengalami kerugian besar seminggu sebelumnya ketika mencoba memasuki Jalur Gaza melalui darat.
Tel Aviv mengumumkan pada 27 Oktober kalau mereka “memperluas” aktivitas daratnya yang terbatas di Gaza. Serangan itu disebut-sebut sebagai serangan darat pertama dalam skala besar masuk Gaza.
Namun, juru bicara militer Israel mengatakan kepada ABC News hari itu kalau “operasi yang diperluas yang terjadi di Gaza bukanlah invasi darat resmi.”
Sejauh ini, Israel masih menunda invasi penuh ke Gaza dan berupaya melaksanakan tujuan yang dinyatakan untuk “membasmi” Hamas, yang sudah siap menghadapi invasi darat Israel.
Banyak ahli, termasuk Hasan Illaik dari TC, baru-baru ini mengatakan kalau Israel tidak akan sanggup menanggung biaya melancarkan serangan darat penuh di Jalur Gaza karena memakan ongkos luar biasa tinggi.
Invasi semacam itu juga dapat memicu terbukanya beberapa front baru dan pecahnya perang regional.
Berhasil Jatuhkan Drone Israel, Hizbullah Ubah Taktik Militer
Kepemimpinan Hizbullah telah memutuskan untuk mengubah taktik militer terkait dengan penembakan rudal anti-tank dari Lebanon ke pos-pos militer Israel. Langkah itu diambil agar roket-roket yang diluncurkan dari Lebanon selatan mendarat lebih dalam di dalam wilayah Israel.
“Tidak lagi terbatas pada jarak dua atau tiga kilometer di dekat perbatasan. Israel juga telah menargetkan daerah-daerah yang lebih dalam di Lebanon. Kami juga menyaksikan sebuah serangan yang menargetkan sebuah permukiman Israel,” dalam sebuah pernyataan Hizbullah, Senin (30/11/2023).
Hizbullah juga telah mengerahkan senjata baru, rudal darat-ke-udara, yang berhasil menyasar pesawat tak berawak Israel, menurut keterangan kelompok itu. Mereka menambahkan pesawat tak berawak tersebut ditembak di dekat Khiam, sekitar 5 km dari perbatasan dan terlihat jatuh ke wilayah Israel.
Dua sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ini adalah pertama kalinya Hizbullah mengumumkan menjatuhkan pesawat tak berawak Israel.
Sementara itu, Brigade al-Quds mengatakan dua pejuangnya tewas di Israel utara. Brigade al-Quds, yang merupakan sayap bersenjata kelompok Jihad Islam, mengumumkan dua pejuangnya tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel di dekat perbatasan Lebanon. Brigade ini menambahkan, mereka terbunuh ketika melakukan operasi di Hanita di Israel utara pada hari Ahad malam.
Sementara, sayap bersenjata Hamas mengatakan mereka menyerang target-target di kota Netivot di Israel selatan. Sebuah pernyataan di sebuah aplikasi Telegram milik kelompok tersebut mengatakan bahwa rentetan roket diluncurkan ke kota tersebut, walau tidak ada informasi tambahan mengenai kerusakan atau korban jiwa.
Cerita Warga Israel Takut dengan Serangan Tanpa Henti ke Gaza
Noam Negoi (17), remaja yang tumbuh besar di Kota Ashkelon, Israel, mengaku sudah terbiasa dengan suara roket selama bertahun-tahun, tetapi menurutnya perang Israel-Hamas kali ini adalah sesuatu yang berbeda.
Suara dentuman artileri dan rudal yang terus-menerus menghantam Jalur Gaza terdengar melalui jalan-jalan yang hampir sepi di kota pesisir Israel ini.
“Tadi malam, Israel menyerang Gaza dengan sangat keras,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemboman semalam belum pernah dia alami sebelumnya.
“Saat itu sepanjang malam; militer Israel menyerang di sana (Gaza) dengan gila-gilaan,” lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera pada Sabtu (28/10/2023).
Hampir tak ada sedetik pun berlalu tanpa suara ledakan di angkasa.
“Dulu kami membunyikan sirene 15-16 kali sehari,” ujar Pol Sheiman, pemilik toko setempat, kepada Al Jazeera. “Tetapi sekarang jumlahnya berkurang karena tentara (Israel) memasuki Gaza.”
Ashkelon terletak sekitar 12 kilometer dari Jalur Gaza. Penduduk setempat hanya punya waktu beberapa detik untuk lari ke tempat perlindungan bom jika ada serangan roket.
Sheiman selalu menaruh kuncinya di pintu toko, sehingga dia bisa berlari ke tempat perlindungan bom tepat waktu.
Tak ada bangunan antara tokonya dan perbatasan Gaza. Pandangan langsung ini membuatnya semakin khawatir.
Namun sekarang, imbuh Sheiman sambil menunjuk ke langit ketika helikopter militer Israel terbang, “Kebanyakan suara yang terdengar adalah rudal yang menuju Gaza, bukan yang datang ke Ashkelon.”
Dia mengaku takut dengan perang saat ini dan ledakan yang tak ada habisnya di kejauhan. “Aku takut. Aku mimpi buruk di malam hari”.
Katrin Varshavski (25) yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya juga mengatakan, banyak penduduk Ashkelon merasa takut.
“Tadi malam, ada tiga roket yang datang ke arah kami. Kupikir sampai akhir (perang), aku akan merasa takut.”
Sheiman memperkirakan, sekitar 20.000 orang masih tinggal di Ashkelon yang biasanya dihuni sekitar 130.000 orang dan merupakan industri pariwisata yang berkembang pesat.
- Mukjizat Bagiku, Betharia Sonata Nangis Haru Rinoa Cabut Laporan Atas Leon Dozan,Ikhlas Memaafkan - 02/12/2023
- Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah,Sesampai Sana Mereka Dibombardir - 02/12/2023
- Usai Marah ke Agus Rahardjo, Jokowi Tanya ke Pratikno: Sprindik Itu Apa Toh? - 02/12/2023