Meta yang memiliki media sosial Facebook dan Instagram dan TikTok diberi waktu seminggu oleh Komisi Eropa untuk memberikan rincian mengenai langkah-langkah yang diambil untuk melawan penyebaran teroris, konten kekerasan, dan ujaran kebencian di platform mereka. Langkah Komisi Eropa ini diberikan seminggu setelah X milik Elon Musk diperintahkan untuk melakukan hal yang sama.
Badan eksekutif Uni Eropa mengatakan pada hari Kamis, 19 Oktober 2023, dikutip dari Reuters, bahwa pihaknya telah mengirimkan permintaan informasi tersebut kepada kedua perusahaan tersebut karena para peneliti menunjukkan adanya penyebaran disinformasi menyusul serangan Hamas terhadap Israel lebih dari seminggu yang lalu.
Komisi dapat membuka penyelidikan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut jika Komisi tidak puas dengan tanggapan mereka.
Berdasarkan peraturan konten online baru yang dikenal sebagai Digital Services Act (DSA) yang mulai berlaku baru-baru ini, platform online besar diharuskan berbuat lebih banyak untuk menghapus konten ilegal dan berbahaya atau berisiko terkena denda sebanyak 6% dari omzet global mereka.
“Meta harus memberikan informasi yang diminta kepada KPU paling lambat tanggal 25 Oktober 2023 untuk pertanyaan soal respons krisis dan paling lambat tanggal 8 November 2023 tentang perlindungan integritas pemilu,” kata KPU.
“TikTok harus memberikan informasi yang diminta kepada Komisi selambat-lambatnya tanggal 25 Oktober 2023 untuk pertanyaan perihal respons krisis dan paling lambat tanggal 8 November 2023 tentang perlindungan integritas pemilu dan anak di bawah umur secara online,” tambahnya.
Saat Diserang Israel, Gereja Santo Porfiri tengah Melindungi Muslim Gaza
Setelah Rumah Sakit Baptis Al-Ahli Arab milik Gereja Episkopal Yerusalem, serangan udara Israel kini menghantam Gereja Santo Porfiri di Gaza. Gereja itu saat dihantam rudal dipakai sebagai tempat berlindung warga Islam dan Kristen di Gaza.
Menurut keterangan Kementerian Dalam Negeri Hamas yang berkuasa di Gaza, delapan orang tewas akibat serangan itu. Sedangkan militer Israel menyatakan, masih akan memeriksa laporan mengenai dugaan serangan ke Gereja Santo Porfiri.
Gereja Santo Porfiri merupakan yang tertua di Gaza. Gereja ini dibangun pada tahun 1150-an atau 1160-an.
Sejak Israel membombardir Gaza pada 7 Oktober 2023, Gereja Santo Porfiri jadi tempat warga Islam di Gaza berlindung.
Salah seorang warga Muslim Gaza yang berlindung di Gereja Santo Porfiri adalah Walaa Sobeh. Rumahnya dan seluruh kompleks di wilayahnya luluh lantak akibat serangan udara Zionis.
Sobeh, ketika diwawancarai Al-Jazeera beberapa hari sebelum serangan pada Kamis (19/10), mengaku merasa menemukan keluarga di bangunan yang dipakai sebagai penampungan sementara.
“Kami hidup di hari yang kami tidak yakin bisa melewati malam. Tapi apa yang meredakan sakit kami adalah kerendahan hati dan semangat orang-orang di sini,” kata Sobeh.
“Saya menerima dukungan luar biasa dari pendeta dan warga lain di gereja yang secara sukarela dan tanpa lelah sepanjang saat membantu keluarga yang telantar,” kata Sobeh.
Prediksi Serangan
Pendeta di Gereja Santo Porfiri Romo Elias sebenarnya sudah memprediksi bahwa gereja tempatnya bertugas bisa saja menjadi sasaran serangan Israel. Sebab, serangan Israel banyak menghantam tempat-tempat ibadah.
“Tidak yakin apakah Israel tak akan mengebom gereja meski digunakan sebagai tempat berlindung ratusan warga sipil,” kata Romo Elias.
Romo Elias memandang serangan ke gereja atau tempat ibadah lain bukan sekadar serangan ke institusi agama. Lebih dari itu serangan tersebut sama saja serangan pada kemanusiaan.
“Kemanusiaan memanggil kami untuk menawarkan damai dan kehangatan bagi setiap orang yang membutuhkan,” ucap Romo Elias.
- Mukjizat Bagiku, Betharia Sonata Nangis Haru Rinoa Cabut Laporan Atas Leon Dozan,Ikhlas Memaafkan - 02/12/2023
- Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah,Sesampai Sana Mereka Dibombardir - 02/12/2023
- Usai Marah ke Agus Rahardjo, Jokowi Tanya ke Pratikno: Sprindik Itu Apa Toh? - 02/12/2023