Jual beli serangan antara Hamas Palestina dan Israel semakin gencar dilakukan, terlebih setelah serangan mendadak yang dilakukan pejuang Palestina Sabtu lalu.
Setelah serangan tersebut, Hamas Palestina sempat mengumumkan bahwa mereka akhirnya berhasil mengambil kembali perbatasan Gaza yang selama ini diklaim Israel.
Namun dilansir dari Daily Post, pada Selasa, 10 Oktober 2023 pagi waktu setempat, militer Israel mengumumkan bahwa mereka sudah mengambil alih Gaza kembali.
Richard Hecht, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan tidak ada militan yang masuk dari Jalur Gaza sejak Senin malam, namun mungkin masih ada beberapa penyerang Palestina yang bergerak di dalam wilayah Israel.
Hecht mengatakan sejauh ini 1.500 mayat telah ditemukan di wilayah Israel dan ratusan penyerang lainnya telah ditangkap.
Namun dia memeringatkan bahwa baku tembak yang terjadi di daerah sepanjang perbatasan sejak serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu masih terus berlanjut.
Bentrokan terjadi dalam beberapa jam terakhir di komunitas Sa’ad dan Kissufim di gurun Negev, dekat Jalur Gaza.
Sementara itu, Israel terus melanjutkan serangan udara balasan tanpa henti di wilayah tersebut.
Sejak Sabtu, sekitar 900 orang telah terbunuh di Israel oleh pejuang Hamas, dan lebih dari 2.600 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan, serangan balik besar-besaran Israel telah menewaskan sedikitnya 687 orang dan melukai lebih dari 3.800 orang di Jalur Gaza.
Israel memanggil sekitar 300.000 tentara cadangan pada hari Senin menjelang potensi invasi darat ke daerah kantong Palestina yang berpenduduk padat.
“Kami sekarang berkonsentrasi pada serangan kami di Gaza,” kata Hecht, seraya menambahkan bahwa militer telah menyiapkan apa yang disebutnya sebagai “infrastruktur untuk operasi di masa depan.”
Korban Tewas Perang Tembus 1500 Lebih Jiwa: 900 Israel dan 690 Palestina
Jumlah korban jiwa peperangan Hamas dan Israel menembus lebih dari 1500 orang. Sebagian besar korban berasal dari pihak Israel.
Kementerian Kesehatan di Gaza per Selasa (10/10) mengungkapkan 690 warga Palestina kehilangan nyawa.
Sedangkan dari pihak Israel, otoritas setempat mengungkap jumlah korban jiwa sebanyak 900 orang. Sebanyak 260 di antaranya tewas saat Hamas menyerang festival musik.
Perang Hamas-Israel pecah pada akhir pekan lalu. Serangan Hamas dilakukan secara tidak terduga.
Sepanjang Senin malam lalu Israel terus menggempur Gaza lewat udara. Sejumlah bangunan sipil seperti masjid sampai tenda pengungsian menjadi sasaran.
Hamas kemudian mengancam akan membunuh tawanan Israel jika negara Yahudi itu masih terus menargetkan warga sipil.
Saat ini Israel juga sudah memblokir penuh Gaza yang dikuasai. Mereka memutus listrik dan melarang makanan dan BBM masuk ke Gaza.
Hizbullah Ikut Tembakkan Roket ke Israel, Usai Anggotanya Tewas
Kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah menembakkan rentetan roket ke Israel. Tembakan terjadi setelah setidaknya tiga anggotanya tewas dalam pemboman Israel di Lebanon selatan, di tengah meningkatnya ketegangan di perbatasan utara Israel.
Hizbullah dalam pernyataannya mengatakan, mereka telah menembakkan roket dan mortir ke dua pos militer Israel di Galilea. Militer Israel mengatakan, pihaknya mengidentifikasi sejumlah “peluncuran” dari Lebanon ke Israel, tanpa menimbulkan korban jiwa.
Dikatakan pihaknya membalas dengan tembakan artileri ke Lebanon.
Hizbullah membenarkan dalam pernyataannya bahwa penembakan Israel telah menewaskan sedikitnya tiga anggotanya.
Dikutip dari laman Associated Press, Selasa, 10 Oktober 2023, mengidentifikasi mereka yang tewas sebagai Hussam Mohammad Ibrahim, Ali Raef Ftouni, dan Ali Hassan Hodroj.
Hizbullah mengatakan, “Mereka yang terbunuh adalah martir akibat agresi Zionis di Lebanon selatan pada Senin sore.”
Militer Israel mulai menembaki Lebanon selatan pada hari Senin setelah serangan lintas batas yang diklaim dilakukan oleh kelompok bersenjata Jihad Islam Palestina (PIJ).
Tentara Israel mengatakan, tentara yang didukung helikopter menewaskan sedikitnya dua pria bersenjata yang melintasi perbatasan.
Pertanyaan terus muncul mengenai apakah Hizbullah, kekuatan tempur canggih dengan persenjataan rudal jarak jauh, akan ikut serta dalam perang antara Israel dan sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas, yang menguasai Jalur Gaza yang terkepung.
Jika hal ini terjadi, maka akan meningkatkan konflik yang ada saat ini menjadi perang dua front bagi Israel, yang telah lama dianggap sebagai skenario mimpi buruk oleh lembaga militer negara tersebut.
Kelompok Hamas di Palestina melancarkan serangan multifront ke Israel selatan pada Sabtu. Setidaknya 800 warga Israel telah terbunuh dan ribuan lainnya terluka, sementara serangan tersebut telah mengguncang kepercayaan negara tersebut.
Ratusan warga Palestina juga tewas dalam serangan balasan dari Israel. Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu sudah mendeklarasi perang Israel-Hamas secara resmi.
Membabi Buta,Zionis Bombardir Kamp Pengungsi Palestina,,Tak Ada Kesempatan Untuk Berduka,
Israel semakin membabi-buta menyerang Hamas di jalur Gaza.
Negara zionis ini tak mempedulikan lagi yang diserang merupakan wilayah padat penduduk sipil.
Sepanjang Senin (9/10/2023) Gaza terus dibombardir dengan rudal.
Asmaa Tayeh, seorang penulis muda yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia di utara Kota Gaza, menyebutkan ledakan terjadi di sekitar kamp tersebut.
Tayeh, yang sudah terbiasa dengan suara rudal di daerah sekitarnya sejak serangan pada hari Sabtu dan kemudian Israel membalasnya.
Namun dia tidak menyangka kamp yang dia sebut sebagai rumahnya akan menjadi sasaran serangan. Ketika bom mulai berjatuhan di Jabalia, dia “hampir tidak bisa menenangkan diri”, katanya kepada Al Jazeera, suaranya bergetar karena keterkejutannya.
“Kali ini sebenarnya yang paling dekat dengan rumah saya dan paling kencang suaranya,” katanya. “Sesaat saya mengira yang terkena serangan adalah rumah tetangga kami.”
Kekerasan ledakan mengguncang seluruh kamp, menyebabkan Tayeh bergegas ke jendela untuk memeriksa seberapa dekat ledakan tersebut dan apakah rumahnya mengalami kerusakan.
“Saya sedang berbaring di tempat tidur dan menulis surat kepada teman luar yang mengirim SMS untuk berkabar pada saya,” kata Tayeh.
“Yang bisa saya katakan kepadanya setelah penggerebekan gila-gilaan itu adalah: Syukurlah saya masih hidup.”
Orang-orang berjalan melewati reruntuhan kamp pengungsi Jabalia, debu putih dan asap memenuhi udara.
Namun, meskipun dampak langsung dari serangan tersebut tidak langsung terlihat olehnya, dampak tersebut akan segera menjadi jelas.
Ketika laporan berita berdatangan, Tayeh dan tetangganya mengetahui bahwa pusat pasar Jabalia yang ramai adalah yang paling terkena dampak serangan tersebut.
“Serangan udara terjadi,” kata Tayeh, “dan kami mengetahui bahwa puluhan orang tewas.”
Setelah ledakan bom, kendaraan darurat bergegas menuju pasar, membanjiri udara dengan lengkingan sirene.
“Suara ambulans dan mobil memenuhi area tersebut,” kenang Tayeh. Namun yang lebih menusuk adalah suara “orang-orang berteriak dan bergegas menuju lokasi pengeboman”.
Dalam komunitas kecil seperti ini, di mana setiap orang saling mengenal satu sama lain, hilangnya nyawa dapat menyebabkan kesedihan bersama.
Namun Tayeh tidak punya banyak kesempatan untuk berduka. Pengeboman itu mendorongnya untuk bertindak.
“Saat itulah saya bergegas menyiapkan tas untuk berangkat, kalau-kalau terpaksa,” jelas Tayeh.
“Kematian sepertinya semakin dekat, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa, sama seperti orang-orang yang terbunuh beberapa menit yang lalu.”
Kamp tersebut tidak hanya berpenduduk padat, tetapi juga merupakan rumah bagi tiga sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) – fasilitas yang telah diubah menjadi tempat penampungan bagi ratusan keluarga pengungsi.
Tempat yang sempit di kamp berkontribusi terhadap jumlah korban tewas selama pemboman udara.
Meskipun Tayeh dan keluarganya lolos dari cedera akibat serangan tersebut, rasa aman yang mereka miliki telah hancur. Tayeh mendapati dirinya terpaku pada berita, terus-menerus memeriksa daftar orang mati dan terluka untuk mengetahui nama teman dan keluarganya.
“Untungnya, kami masih baik-baik saja dan tetap tinggal di rumah, tapi kami tidak merasa aman sama sekali, sama seperti orang lain di Gaza,” katanya kepada Al Jazeera.
Perasaan bahaya tersebut akan melampaui konflik yang terjadi saat ini, tambahnya.
“Bagi saya,” katanya, “Saya yakin kita tidak akan pernah aman bahkan setelah perang usai. Faktanya, saya tidak akan pernah merasa bebas selama Palestina masih diduduki dan rakyatnya diteror.”
Sentimen Tayeh selaras dengan banyak warga Palestina yang telah mengalami konflik dan pendudukan selama beberapa dekade.
Di tengah kehancuran yang terjadi saat ini, mereka tetap mempertahankan ketangguhan mereka, harapan mereka akan masa depan yang lebih cerah dan keyakinan mereka yang tak tergoyahkan akan hak untuk hidup damai di tanah leluhur mereka.
Korban Meningkat
Perang antara kelompok Hamas, faksi Palestina dengan pasukan Israel telah terjadi sejak akhir pekan lalu.
Sampai Senin (9/10/2023) Jumlah korban tewas diperkirakan sudah menembus 1.200 orang, baik warga atau pihak Israel maupun Palestina.
Data terbaru AFP Senin malam menyebut jumlah korban tewas di Jalur Gaza meningkat menjadi 560.
Demikian data dari Kementerian Kesehatan Palestina. Israel terus menggempur wilayah itu tiga hari berturut-turut.
“(Sebanyak) 560 orang tewas dan 2.900 lainnya terluka sejak serangan pada Sabtu dini hari,” katanya.
Di pihak Israel sendiri, data korban tewas sebanyak 700 orang.
Sebagian besar korban tewas setelah Hamas masuk ke Israel dari darat, udara dan laut.
Lebih dari 123.000 orang mengungsi di Jalur Gaza sejak pecahnya konflik antara Hamas dan Israel, kata PBB.
“Sebanyak 123.538 orang menjadi pengungsi internal di Gaza, sebagian besar karena ketakutan, kekhawatiran akan perlindungan dan hancurnya rumah mereka,” kata badan kemanusiaan PBB, OCHA, dikutip dari kantor berita AFP.
Kemudian, lebih dari 73.000 orang berlindung di sekolah-sekolah, kata OCHA.
Beberapa lokasi di antaranya ditetapkan sebagai tempat penampungan darurat.
Israel menyatakan bahwa pasukannya menguasai permukiman di wilayah selatan dekat Gaza.
“Kami mengendalikan permukimannya,” kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari kepada wartawan, dikutip dari kantor berita AFP.
Baca juga: Pernah Jadi Pasukan Perdamaian PBB, AHY Sebut Konflik Hamas-Israel Bisa Picu Ketegangan Lebih Besar
Ia menambahkan, mungkin masih ada prajurit Hamas di daerah tersebut.
- Mukjizat Bagiku, Betharia Sonata Nangis Haru Rinoa Cabut Laporan Atas Leon Dozan,Ikhlas Memaafkan - 02/12/2023
- Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah,Sesampai Sana Mereka Dibombardir - 02/12/2023
- Usai Marah ke Agus Rahardjo, Jokowi Tanya ke Pratikno: Sprindik Itu Apa Toh? - 02/12/2023