Hamas dan Israel nyaris mencapai kesepakatan pembebasan sandera perempuan dan anak-anak yang ditahan di Gaza oleh Hamas pasca serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.
Namun kesepakatan itu buyar gara-gara Israel melancarkan operasi darat.
Sumber yang mengetahui mediasi yang dipimpin Qatar mengatakan kepada Middle East Eye menyatakan Hamas bersedia merealisasikan kesepakatan tersebut, namun memerlukan jaminan dari Israel bahwa para sandera akan aman.
Hamas mengklaim ada 50 sandera termasuk di antara ribuan orang yang tewas akibat bombardir militer Israel lewat udara ke wilayah Gaza selama tiga minggu, meskipun angka ini tidak dapat dikonfirmasi.
Pejabat Israel sejauh ini belum memberikan tanggapan apapun tentang hal ini.
Hamas mengatakan mereka juga memerlukan waktu untuk mengumpulkan semua sandera, yang tersebar di seluruh Gaza dan ditahan oleh berbagai kelompok militan dan kelompok lain yang mengikuti Hamas ke Israel selatan setelah Divisi Gaza milik tentara Israel runtuh.
“Tampaknya bagi kami Israel tidak bersedia untuk mengambil tindakan dalam kesepakatan tersebut,” kata sebuah sumber.
Tawaran Hamas saat ini adalah “semua untuk semua.”
Hamas bersedia membebaskan 229 sandera warga Israel yang mereka sandera dengan syarat Israel harus membebaskan 5.200 warga Palestina di penjara Israel.
Jika Israel tidak menerima klausul ini, tawaran alternatifnya adalah Hamas bersedia merundingkan pembebasan perempuan, anak-anak dan orang asing dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina di Israel yang tuntutan jumlahnya belum ditentukan.
Menurut Addameer, sebuah organisasi yang mendukung tahanan politik Palestina, saat ini terdapat 33 perempuan dan 170 anak-anak yang dipenjara di Israel.
Baca juga: Kendaraan Lapis Baja Israel Hancur Disergap Rudal Hamas, Belasan Tentara dari Brigade Givati Tewas
Israel belum memberikan jawaban yang jelas, menurut beberapa sumber. Namun hingga saat ini, baik peluncuran operasi darat maupun penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyatakan gencatan senjata tidak menghentikan upaya mediasi.
Pimpinan Mossad, agen rahasia Israel, David Barnea, terbang ke Doha pada akhir pekan untuk membahas kemungkinan kesepakatan pembebasan beberapa sandera.
Namun, Qatar memberikan peringatan yang jelas pada Selasa malam, setelah pemboman kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara, bahwa kesabarannya tidak akan pernah habis.
Setidaknya 100 orang tewas dalam serangan udara itu, menurut pejabat Palestina.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan bahwa perluasan serangan terhadap rumah sakit, sekolah, pusat populasi dan tempat penampungan bagi para pengungsi adalah “eskalasi berbahaya dalam konfrontasi, yang akan melemahkan upaya mediasi dan deeskalasi”.
Negosiasi ini lebih kompleks dibandingkan dengan pembebasan Gilad Shalit, tentara Israel yang ditangkap Hamas pada tahun 2006 dan disandera di Gaza hingga tahun 2011, ketika ia dibebaskan dengan imbalan 1.027 tahanan.
Salah satu faktornya, kali ini, adalah kepada siapa para tahanan dan sandera tersebut dibebaskan. Banyak tahanan yang dibebaskan oleh Israel sebagai bagian dari kesepakatan Shalit telah ditangkap kembali.
Satu-satunya jaminan bahwa hal ini tidak akan terjadi lagi adalah jika Israel melepaskan para tahanan tersebut ke tahanan Hamas di Gaza.
Hamas ‘berencana menangkap tentara’
Hamas tidak berencana untuk menangkap sejumlah sandera yang mereka miliki, ungkap berbagai sumber.
Banyak dari sandera tidak dimaksudkan untuk dibawa kembali ke Gaza ketika operasi tersebut direncanakan oleh Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas.
“Al-Qassam bermaksud menyandera antara 20 dan 30 orang. Mereka tidak melakukan tawar-menawar atas runtuhnya Divisi Gaza [Israel]. Ini memberikan hasil yang jauh lebih besar,” sebut sumber Middle East Eye.
Salah satu sumber yang mengetahui kejadian pada tanggal 7 Oktober mengatakan: “Al-Qassam bermaksud menyandera antara 20 dan 30 orang. Mereka tidak melakukan tawar-menawar atas runtuhnya Divisi Gaza [Israel]. Hal ini memberikan hasil yang jauh lebih besar.”
Sumber kedua membenarkan hal ini. Dia mengatakan Hamas mengirim 1.500 pejuang, dan diperkirakan sebagian besar akan terbunuh.
“Sekitar 1.400 pejuang kembali,” kata salah satu sumber.
Dia mengatakan bahwa sebagaimana yang diperkirakan para pejuang akan mati, dan ketika semua perlawanan dari pasukan Israel telah runtuh, pasukan ini terus bergerak maju, menyerang lokasi-lokasi yang tidak ada dalam daftar target awal, dan mereka berakhir dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar.
Pasukan penyerang awal memiliki intelijen yang akurat. Mereka tahu di mana para komandan tertinggi Divisi Gaza tinggal dan pergi ke alamat mereka. Ia mengetahui tata letak pangkalan militer dan lokasi pos pemeriksaan.
Selain itu, pihaknya mengetahui waktu pergantian shift di barak pasukan Israel Divisi Gaza pada akhir hari raya Yom Kippur.
Mereka melancarkan serangan satu jam setelah pergantian shift. Banyak tentara yang terjebak di tempat tidur mereka.
Sumber menyebutkan sebanyak 20 perwira senior disandera dengan cara ini.
Rencana awal penyerangan, menurut beberapa sumber, adalah menyerang sasaran militer dan kemudian melakukan penarikan cepat.
Hamas ingin mempermalukan Netanyahu dan mendapatkan sesuatu yang bisa ditawar untuk pembebasan tahanan massal.
“Rencananya adalah menyerang Divisi Gaza dan bukan kibbutz, karena tujuan Qassam adalah menangkap tentara dan petugas untuk menyelesaikan daftar tahanan,” kata salah satu sumber yang mengetahui rencana operasi tersebut.
“Jumlah warga sipil yang disandera adalah akibat dari rangkaian pertempuran ketika banyak orang melintasi perbatasan,” ungkap sumber tersebut.
Empat sandera – dua wanita Amerika-Israel dan dua wanita Israel – sejauh ini telah dibebaskan oleh Hamas, sebagai hasil dari upaya mediasi yang melibatkan Qatar dan Mesir. Pada hari Senin, para pejabat Israel mengatakan seorang tentara wanita yang disandera di Gaza telah diselamatkan oleh pasukan Israel.
Hari Senin lalu, keluarga dari sisa sandera Israel dan berkewarganegaraan ganda meminta bantuan kepada Syekh Tamim bin Hamad Al Thani, Emir Qatar, untuk menjamin pembebasan kerabat mereka yang ditahan di Gaza.
Secara resmi, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah memberikan tekanan pada Qatar untuk menutupnya.
Seorang pejabat AS yang dikutip di Washington mengatakan bahwa Qatar terbuka untuk mempertimbangkan kembali kehadiran Hamas setelah krisis untuk menjamin penyelesaian pembebasan sandera.
“Yang terjadi justru sebaliknya,” kata seorang sumber yang mengetahui pemikiran Pemerintah Qatar.
“Penyebab terbukanya saluran komunikasi ini adalah Israel dan Amerika. Dalam pertemuan Blinken dengan Doha, dia ditanya apakah akan merekomendasikan penutupan. Pihak Qatar memberitahunya dengan sangat jelas: mereka tidak memiliki hubungan dengan Hamas. Mereka memiliki hubungan dengan AS.”
Begini Cara Amerika Serikat Mendanai Israel Perang Lawan Hamas
Israel terus menerus membombardir Jalur Gaza yang terkepung total setelah serangan mematikan oleh kelompok Palestina Hamas, pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Sebagaimana yang sudah dilakukan selama puluhan tahun, Amerika Serikat (AS) dengan tegas mendukung Israel dalam setiap perang melawan musuh-musuhnya.
Bahkan Negeri Paman Sam sudah mengirimkan kapal pembawa rudal, pesawat tempur F-35, serta peralatan militer lainnya sebagai bantuan ke negara Yahudi tersebut.
Merujuk data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) sebagaimana dilansir Aljazeera, pada tahun 2022, Israel telah menghabiskan dana sebesar 23,4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 372,5 triliun untuk anggaran militernya.
Sebagai perbandingan saja, anggaran APBN Indonesia yang dialokasikan ke Kementerian Pertahanan RI saja pada RAPBN 2023 adalah sebesar Rp 135 triliun yang dibagi untuk Kemenhan dan tiga matra TNI.
Jumlah anggaran militer Israel ini mencapai 2.535 dollar AS per kapita selama periode 2018-2022, menjadikan Israel sebagai negara dengan belanja militer per kapita terbesar kedua di dunia setelah Qatar.
Pada tahun 2022, Israel mengalokasikan 4,5 persen produk domestik bruto (PDB) untuk militer, persentase tertinggi ke-10 di dunia.
Ekspor-impor senjata Israel
Secara historis, impor senjata Israel jauh melebihi ekspornya. Namun, selama dekade terakhir, ekspor senjata Israel secara konsisten mulai melampaui impor, menurut data SIPRI.
Antara tahun 2018 dan 2022, setidaknya 35 negara mengimpor senjata dari Israel dengan total nilai 3,2 miliar dollar AS.
Baca juga: Gambaran Susahnya Kehidupan Ekonomi dan Pekerjaan Warga Palestina
Dari jumlah tersebut, sekitar sepertiga (1,2 miliar dollar AS) ekspor militer Israel ditujukan ke India. Hubungan antara Israel dan India telah berkembang sejak Perdana Menteri India Narendra berkuasa pada tahun 2014.
Pembeli senjata Israel terbesar kedua adalah Azerbaijan (295 juta dollar AS), diikuti oleh Filipina (275 juta dollar AS), Amerika Serikat (217 juta dollar AS) dan Vietnam (180 juta dollar AS).
Pada periode antara 2018-2022, Israel mengimpor senjata senilai 2,7 miliar dollar AS hanya dari dua negara, AS dan Jerman.
Lebih dari tiga perempat impor militer Israel senilai 2,1 miliar dollar AS berasal dari Amerika Serikat, sedangkan sisanya senilai 546 juta dollar AS berasal dari Jerman.
Militer AS dan Israel sudah lama bekerja sama erat dalam latihan bersama, program pengembangan teknologi, dan proyek pertahanan, dan Israel merupakan penerima bantuan militer AS terbesar.
Bagaimana cara AS mendanai perang Israel?
Israel adalah penerima bantuan luar negeri AS yang paling signifikan, setelah menerima sekitar 263 miliar dollar AS antara tahun 1946 dan 2023.
Jumlah ini hampir dua kali lipat (1,7 kali lebih banyak) dibandingkan negara penerima bantuan luar negeri AS terbesar kedua, Mesir, yang menerima 151,9 miliar dollar AS dalam 77 tahun terakhir.
Israel telah lama dipandang oleh para legislator AS sebagai sekutu yang membantu melindungi kepentingan strategis AS di Timur Tengah.
Menurut US Congressional Research Service, faktor-faktor yang mendasari awetnya dukungan militer kepada Israel karena dua alasan, pertama dukungan dalam negeri untuk Israel dan kedua komitemn bersama kedua negara terhadap nilai-nilai demokrasi.
Pendanaan militer AS untuk Israel mencapai 3,8 miliar dollar AS pada tahun 2023, sebagai bagian dari kesepakatan bantuan senilai 38 miliar dollar AS selama 10 tahun yang ditandatangani di era Presiden AS Barack Obama pada tahun 2016.
Antara tahun 1946 dan 2023, AS telah mendonorkan bantuan untuk Israel dengan total 124 miliar dollar AS dalam bentuk bantuan militer dan pertahanan.
Dari 3,8 miliar dollar AS bantuan militer yang diberikan kepada Israel tahun ini, setengah miliarnya disalurkan untuk pertahanan rudal Israel.
Washington telah menyatakan bahwa mereka akan mengirimkan amunisi baru kepada Israel sebagai pengganti amunisi yang mulai berkurang drastis untuk digunakan melawan Hamas dalam perang terbaru.
Dengan kata lain, bom-bom yang dijatuhkan di Jalur Gaza dan membunuh ribuan warganya dikontribusi dari uang pajak warga Amerika Serikat.
Tambahan bantuan untuk Israel
Pemerintahan Biden diperkirakan akan kembali menyisihkan lebih banyak uang untuk Tel Aviv, di mana alokasi pendanaan tersebut akan segera diajukan ke Kongres AS.
Namun, dengan tidak adanya ketua DPR AS, maka persetujuan kongres untuk bantuan ke Israel tersebut mungkin tertunda.
AS sendiri sejatinya menerapkan persyaratan sangat ketat mengenai bagaimana bantuan, khususnya bantuan militer, dapat digunakan oleh negara penerima.
Regulasi di AS, The Leahy Law, sangat melarang ekspor maupun bantuan militer AS dipakai oleh negara penerima untuk aktivitas yang terlibat pelanggaran hak asasi manusia.
Namun pengecualian untuk Israel, AS nampaknya tak pernah mempermasalahkannya. Israel pun selama puluhan tahun tak pernah dihukum bila senjata buatan AS dipakai untuk membombardir Gaza.
Bantuan militer ke Israel meningkat pesat setelah perang tahun 1967 ketika Israel mengalahkan tentara Arab tetangganya dan mulai menduduki Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza.
- Mukjizat Bagiku, Betharia Sonata Nangis Haru Rinoa Cabut Laporan Atas Leon Dozan,Ikhlas Memaafkan - 02/12/2023
- Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah,Sesampai Sana Mereka Dibombardir - 02/12/2023
- Usai Marah ke Agus Rahardjo, Jokowi Tanya ke Pratikno: Sprindik Itu Apa Toh? - 02/12/2023