Hamas tidak akan membebaskan tawanan sampai gencatan senjata tercapai. Perang antara Hamas dan Israel berlangsung hampir tiga pekan.
Pernyataan teranyar mengenai sandera disampaikan seorang pejabat Hamas, Abu Hamid, saat melawat ke Rusia. Media Rusia Kommersant melaporkan, bahwa delegasi Hamas termasuk salah satunya Hamid ada di Rusia dalam lawatan resmi.
Hamid mengatakan, butuh waktu untuk mengumpulkan semua sandera. Sebab, penyanderaan dilakukan oleh berbagai faksi di Palestina di Gaza.
“Mereka menyandera banyak ratusan orang, kebanyakan warga sipil, kami butuh waktu menemukan mereka di Jalur Gaza dan melepaskan mereka,” ucap Hamid seperti dikutip dari Reuters.
Hamid menambahkan, butuh situasi tenang demi menyelesaikan tugas pembebasan. Di saat bersamaan, Hamas mengungkapkan selama serangan Israel 50 tawanan tewas.
Ada sekitar ratusan orang ditawan Hamas sejak serangan ke Israel 7 Oktober 2023 lalu. Baru segelintir dibebaskan termasuk dua orang lansia Israel.
Sementara itu, lawatan delegasi Hamas ke Rusia dikecam oleh Amerika Serikat (AS) sekutu dekat Israel. Washington bahkan menyebut lawatan itu tercela.
Rusia dikenal punya hubungan dengan pemain utama di Timur Tengah seperti Israel, Iran, Suriah, Otoritas Palestina, dan Hamas.
Rusia menyalahkan diplomasi AS atas krisis di Timur Tengah antara Hamas-Israel. Moskow pun kerap menyerukan gencatan senjata antar pihak-pihak bertikai.
Tank Israel Bakal Jadi Besi Tua Jika Hamas Gunakan Rudal Anti-Tank Ini
Rusia saat ini sedang meningkatkan kemampuan rudal anti-tank jarak jauh Khrizantema sehingga dapat menghancurkan musuh tanpa terdeteksi.
Kantor berita resmi Rusia, Tass melaporkan rudal Khrizantema dapat diaplikasikan ke helikopter.
Kepala Penerbangan Angkatan Darat Angkatan Udara Rusia Igor Romanov kepada media Rusia Krasnaya Zvezda pada hari Jumat (27/10/2023) mengatakan, rudal ini dapat mengenai sasaran lawan tanpa memasuki area pertahanan udara musuh.
Helikopter tempur Ka-52M dan Mi-28NM yang ditingkatkan telah tiba untuk Pasukan Dirgantara Rusia selama beberapa tahun dan kapal tempur ini memiliki potensi yang memungkinkan mereka melakukan operasi tempur dalam konflik militer saat ini, kata kepala penerbangan militer.
“Penggunaan persenjataan baru dalam pertempuran, khususnya rudal multiguna ringan, rudal anti-tank Khrizantema dan rudal Verba, mengingat karakteristiknya, memungkinkan untuk menyerang sasaran tanpa memasuki area pertahanan udara musuh. Para pilot sudah sangat menghargainya. kemampuan tempur helikopter yang ditingkatkan telah meningkat secara substansial,” kata Romanov.
Perusahaan Induk Sistem Presisi Tinggi di dalam perusahaan teknologi negara Rostec melaporkan bahwa jangkauan serangan rudal yang diluncurkan dari helikopter mampu menjangkau jarak 10 km.
Rudal ini supersonik ini dipandu dengan radar dan juga laser.
Rudal Khrizantema yang direkayasa oleh Biro Desain Pembuatan Mesin yang berbasis di Kolomna (bagian dari Perusahaan Induk Sistem Presisi Tinggi) adalah salah satu amunisi berpemandu anti-tank paling kuat buatan Rusia.
Rudal tersebut merupakan bagian dari sistem rudal anti-tank self-propelled Khrizantema-S dan juga telah diadaptasi untuk helikopter tempur terbaru Mi-28NM dan Ka-52M.
Rudal ini dirancang untuk menghancurkan kendaraan lapis baja musuh yang ada dan yang akan datang dengan lapis baja reaktif, benteng musuh dan struktur teknik, target udara angkatan laut dan kecepatan rendah serta pasukan musuh.
Untuk diketahui, peperangan di Gaza membuat Rusia prihatin.
Baru-baru ini, Rusia mengundang delegasi Hamas ke Moskow.
Namun pertemuan tersebut bukan untuk mendukung Hamas dengan persenjataan canggih Rusia, namun mediasi pembebasan warga Rusia yang disandera Hamas.
Pemboman Gereja Gaza dan Eksposur Kebohongan
Terasa berat mengaitkan dua kata ini; etika dan peperangan. Keduanya memiliki nuansa yang paradoks. Etika adalah perilaku yang didasarkan kepada norma-norma kebenaran dan keadilan, baik secara legal maupun moral, dalam agama maupun hukum positif.
Hal ini mirip dengan mengaitkan dua kata ini: “holy war” (perang suci). Karena rasanya perang itu tidak pernah suci. Perang akan selalu identik dengan kekerasan, kerusakan, dan pembunuhan. Karenanya kedua kata ini juga harusnya dipahami sebagai dua hal yang paradoksikal.
Islam sebagai agama kehidupan memberikan petunjuknya dalam segala aspek kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya petunjuk Islam di saat berada dalam situasi peperangan. Bahkan Islam sangat rinci dalam memberikan acuan apa-apa yang tidak boleh dilakukan di saat berperang.
Saya tidak bermaksud menuliskan semua itu. Karena masalah etika Islam dalam peperangan bisa menjadi kajian besar dan dituliskan dalam buku yang terpisah. Mulai dari kapan boleh berperang, dengan siapa diizinkan berperang, hingga bagaimana seharusnya menjaga etika dalam melakukan peperangan itu.
Yang ingin saya tuliskan kali ini hanya satu aspek saja. Bahwa Islam mewajibkan menjaga rumah-rumah ibadah ketika terjadi peperangan. Pengaturan ini tidak main-main karena penegasannya langsung dalam Al-Qur’an itu sendiri. Sehingga tidak perlu interpretasi yang seringkali dikurangi atau dilebihkan.
Sebelum mengutip ayat itu, mungkin sekali lagi diingatkan bahwa peperangan dalam perspektif Islam adalah jalan paling akhir dari sebuah upaya mewujudkan keadilan dan perdamaian. Peperangan tidak pernah dipandang sebagai sebuah inisiasi keislaman. Tapi semata respons kepada sebuah situasi yang memaksa terjadinya peperangan itu.
Ada dua kata yang terpakai dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan situasi yang memaksa itu. Yang pertama adalah “zhulimu” (ketika umat Islam terzholimi). Dan yang kedua adalah “yuqatiluunakum” (mereka kalian umat Islam diperangi).
Kedua kata ini (zhulimu dan yuqaatikunakum) merupakan “reasoning” atau alasan kenapa kemudian umat Islam dibenarkan untuk terlibat dalam sebuah peperangan. Jika kezholiman tidak terjadi, dan pihak lain (musuh) tidak melakukan peperangan kepada umat, maka umat tidak dibenarkan “menginisiasi” peperangan. Bahkan di saat terjadi peperangan dan pihak musuh cenderung untuk berdamai maka etika Islam mengajarkan “berdamailah”.
Satu di antara etika peperangan yang digariskan oleh Islam adalah keharusan menjaga eksistensi dan kesucian rumah-rumah ibadah. Bahwa sedahsyat apa pun peperangan yang terjadi jangan mengganggu, apalagi merusak rumah-rumah ibadah. Penyebutan rumah-rumah ibadah ini mencakup semua rumah ibadah tanpa kecuali. Bahkan lebih tegas lagi alasan pelarangan mengganggu atau merusak adalah karena di rumah-rumah ibadah itu “Asma Allah disebut-sebut”.
Di Surah Al-Hajj ayat 40 Allah tegaskan:
وَلَوْلَا دَ فْعُ اللّٰهِ النَّا سَ بَعْضَهُمْ بِبَـعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَا مِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ
Realita inilah sesungguhnya yang menjadi rahasia kenapa di berbagai negara mayoritas Muslim rumah-rumah ibadah orang lain masih terjaga hingga kini. Gereja Kristen Koptik di Mesir, gereja-gereja Kristen Romawi di Suriah dan Turki. Bahkan di Indonesia sendiri hingga kini terjaga bahkan menjadi kebanggaan bangsa rumah ibadah kaum Buddha (Borobudur) dan Hindu (Prambanan).
Dengan dibomnya dan hancurnya gereja Kristen Orthodox, St. Porphyrious, di Gaza beberapa hari lalu sebenarnya membuka tabir berbagai kebohongan yang selama ini dihembuskan oleh mereka yang benci kepada agama ini. Begitu lama dan masif dipropagandakan jika eksistensi minoritas di dunia Islam itu selalu terancam. Salah satunya mereka tidak punya ketenangan dan hak beribadah, termasuk tidak diberikan kesempatan memiliki rumah ibadah.
Pemboman dan hancurnya gereja di Gaza yang konon kabarnya adalah gereja tertua ketiga di dunia, setelah Jerusalem dan Bethlehem, sekaligus membuka kebohongan propaganda yang selama ini dibangun bahwa bangsa Palestina di Gaza itu “anti non Muslim”. Mereka ingin mengeliminir non Muslim. Fakta itu terbuka dengan caranya Allah bahwa ternyata umat Islam Gaza telah hidup berdampingan dan menjaga rumah ibadah umat Kristiani sejak ribuan tahun.
Memang diakui pembantaian yang terjadi dan masih terus terjadi di Gaza itu membuka banyak kebohongan-kebohongan yang selama dipertontonkan tanpa malu-malu untuk mengelabui dunia. Tapi sebagaimana firman Allah: “mereka berencana dan Allah berencana. Tapi Allah itu sebaik-baik perencana”.
Semoga Allah memberikan kemudahan dan keringanan kepada bangsa Palestina dalam menghadapi cobaan yang luar biasa. Semoga semua itu jadi jalan kemenangan dan kemerdekaan mereka. Amin!
Manhattan, 24 Oktober 2023
- Mukjizat Bagiku, Betharia Sonata Nangis Haru Rinoa Cabut Laporan Atas Leon Dozan,Ikhlas Memaafkan - 02/12/2023
- Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah,Sesampai Sana Mereka Dibombardir - 02/12/2023
- Usai Marah ke Agus Rahardjo, Jokowi Tanya ke Pratikno: Sprindik Itu Apa Toh? - 02/12/2023