Reaksi keras datang dari berbagai penjuru terkait penggusuran warga adat di Pulau Rempang dan Galang, Batam, Kepulauan Riau.
Budayawan dan warga adat Melayu hingga warga luar Rempang ikut bereaksi termasuk Satria Melayu dan Panglima Sakti dari suku Dayak, Panglima Pajaji ikut bersuara.
Hingga Raja Kesultanan Riau-Lingga mengeluarkan lima titah.
Sebab Pemerintah menegaskan, tanah itu tidak bertuan dan kosong.
Namun faktanya, warga Rempang-Galang sudah menghuni kawasan itu sejak 300 tahun silam.
Raja Kesultanan Riau-Lingga, Duli Yang Mahamula Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Besar Sultan Hendra Syafri Riayat Syah ibni Tengku Husin Saleh angkat suara soal konflik pengosongan lahan di Rempang-Galang.
Menyikapi kondisi ini, maka Raja Riau-Lingga menerbitkan lima titahnya yang diterbitkan di Pulau Penyengat Indera Sakti pada Selasa, (12/9/2023).
Sultan Hendra Syafri Riayat mengatakan warga Rempang-Galang sudah tinggal di sana sejak 1720 pada masa Kesultanan Sulaiman Badrul Alam Syah I.
Warga Rempang, kata Sultan Hendra Syafri Riayat, ikut berjuang mengusir Belanda pada dua Perang Riau.
Pertama Perang Riau I dipimpin Raja Haji Fisabilillah (1782-1784) dan kedua Perang Riau II (1784-1787) dikomandoi Sultan Mahmud Riayat Syah (Sultan Mahmud Syah III).
Rempang itu tanah pemberian Sultan-Sultan Melayu atas jasa penduduk kampung mereka yang mengusir penjajah dan membela NKRI.
Ini ditegaskan oleh budayawan dan guru besar Prof Dr Dato’ Abdul Malik.
Dengan menampilkan nukilan arsip sejarah Inggris, dikisahkan ada 8.000 prajurit yang berpatroli di lautan.
20.000 lebih prajurit berpatroli di darat, di pulau-pulau seperti Rempang dan Galang.
Sedangkan 44.000 pasuka lebih menjaga Kesultanan Melayu Bintan.
Sultan Hendra Syafri Riayat menekankan luasnya lahan di Pulau Rempang dan Galang.
Masyarakat Rempang dan Galang pun disampaikan sangat terbuka atas pembangunan.
Dipaparkannya, masyarakat Rempang dan Galang katanya sudah terikat perjanjian dengan pemerintah ketika Pulau Rempang masuk ke wilayah Batam, Kepulauan Riau pada tahun 1999.
Ketika itu, pemerintah berjanji akan melibatkan masyarakat dalam pembangunan.
Sultan Hendra Syafri Riayat sangat menyesali bentrokan antara aparat dengan masyarakat yang terjadi pada Kamis, 7 September 2023 dan Senin, 11 September 2023.
Sebab, konflik yang terjadi mencederai psikologis dan fisik masyarakat, khususnya anak-anak Rempang-Galang.
Lalu meminta Pemerintah bijak menyikapi permintaan warga Rempang dan tidak mengusir masyarakat adat di sana.
Raja Riau-Lingga juga meminta agar demonstran yang ditahan untuk dibebaskan karena mereka hanya menuntut hak mereka.
Dukungan Panglima Pajaji
Dukungan moral juga datang dari pihak di luar Rempang, di antaranya Panglima Sakti suku Dayak di Kalimantan Barat, Panglima Pajaji.
Dia melalui akun Facebook-nya Panglima Pajaji SKW, mengimbau para penguasa untuk mengunakan hati nurani mereka.
Panglima Pajaji yang bernama asli Agustus Lucky ini mendukung masyarakat Rempang-Galang yang tengah berjuang mempertahankan hak mereka.
Lalu Panglima Pajaji kembali mengunggah video demonstrasi warga Rempang.
Terpisah, Satria Pembela Melayu mengimbau aparat dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar bersikap bijak.
Jika tidak, Satria Pembela Melayu akan turun menggelar aksi besar-besaran memprotes keras penggusuran warga Rempang-Galang itu.
Menguak Misteri Pulau Rempang, Harta Karun Tersembunyi dari Batam.
Pulau Rempang adalah salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Riau, Indonesia.
Pulau ini berbatasan langsung dengan Pulau Batam, yang merupakan pusat perekonomian dan pariwisata di wilayah tersebut.
Namun, tidak banyak orang yang mengetahui sejarah dan kekayaan alam yang dimiliki oleh Pulau Rempang.
Pulau Rempang memiliki luas sekitar 165 km2 dan berpenduduk sekitar 40 ribu jiwa.
Pulau ini memiliki berbagai macam potensi, mulai dari pertanian, perikanan, industri, hingga wisata.
Salah satu daya tarik utama dari Pulau Rempang adalah Jembatan Barelang, yang menghubungkan pulau ini dengan Pulau Batam dan lima pulau lainnya.
Jembatan ini memiliki panjang total sekitar 2 km dan menjadi ikon arsitektur di daerah ini.
Selain Jembatan Barelang, Pulau Rempang juga memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik, seperti Pantai Viovio, Pantai Setokok, Pantai Tanjung Piayu, dan Taman Wisata Alam Mangrove.
Di sini, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang indah, berenang, bermain pasir, atau melakukan aktivitas lainnya.
Pulau Rempang juga memiliki beberapa situs sejarah dan budaya yang patut dikunjungi, seperti Makam Raja Ali Haji, Masjid Agung Nurul Huda, dan Kampung Melayu.
Di sini, pengunjung dapat belajar tentang sejarah dan tradisi masyarakat lokal yang masih terjaga hingga kini.
Pulau Rempang juga memiliki kekayaan alam yang luar biasa, terutama di bidang kehutanan dan keanekaragaman hayati.
Pulau ini memiliki hutan tropis yang masih asri dan menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna.
Salah satu spesies yang paling menarik adalah Orang Oetan (Pongo pygmaeus), yang merupakan primata endemik di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Orang Oetan di Pulau Rempang merupakan populasi terisolasi yang diperkirakan berjumlah sekitar 200 ekor.
Mereka hidup di hutan-hutan di bagian utara pulau ini dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang ingin melihat kehidupan liar mereka.
Namun, keberadaan Orang Oetan di Pulau Rempang juga menghadapi ancaman serius dari aktivitas manusia, terutama pembangunan infrastruktur dan perluasan lahan pertanian.
Beberapa kasus konflik antara manusia dan Orang Oetan telah terjadi di pulau ini, seperti pembunuhan, penyiksaan, atau perdagangan ilegal.
Untuk itu, diperlukan upaya konservasi yang serius untuk melindungi Orang Oetan dan habitatnya di Pulau Rempang.
Beberapa organisasi lingkungan hidup telah berusaha melakukan hal ini, seperti Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), International Animal Rescue (IAR), dan World Wide Fund for Nature (WWF).
Pulau Rempang adalah sebuah pulau yang memiliki sejarah dan kekayaan alam yang sensasional. Pulau ini menawarkan berbagai macam potensi dan daya tarik bagi pengunjungnya.
Namun, pulau ini juga membutuhkan perhatian dan perlindungan agar tetap lestari dan harmonis.
Dengan demikian, Pulau Rempang dapat menjadi harta karun tersembunyi dari Batam yang dapat dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.
- Nasib Pelaku Bully di Balikpapan, Dibawa ke Polisi Tapi Tak Diproses Hukum, Kepala Disdik Minta Maaf - October 2, 2023
- Heboh Kasus Kopi Sianida,Jessica Wongso Stres Jalani Hukuman Penjara,Ditjen PAS Bobol - October 2, 2023
- Tiktok Shop Masih Bisa Dipakai Jualan atau Tidak? Ini Batas Waktunya - October 1, 2023