Kabar baik muncul di tengah kesengsaraan akibat gempuran masif pasukan penjajah Israel di Jalur Gaza. Tiga relawan lembaga medis & kemanusiaan MER-C Indonesia yang telah hilang kontak selama lebih dari 40 jam akhirnya bisa mengirimkan kabar.
Dalam sebuah pesan SMS, ketiga relawan MER-C yang bertugas di Gaza — Farid Zanzabil, Reza Aldila, dan Fikri, mengatakan mereka dalam keadaan baik.
Informasi tersebut diungkap MER-C dalam keterangan tertulis dan postingannya di Instagram, Minggu (29/10).
“Selama hilang kontak lebih dari 40 jam sejak Jumat 27 Oktober 2023 pukul 14.00 WIB, pada hari ini Minggu 29 Oktober 2023, sekitar pukul 10.00 WIB, staf lokal MER-C di Gaza mengabarkan melalui pesan singkat bahwa mereka termasuk 3 relawan Indonesia dalam keadaan baik,” bunyi pernyataan MER-C.
Pengelola Rumah Sakit Indonesia (RSI) di bagian utara Gaza tersebut mengatakan, ketiga relawan dalam keadaan baik dan masih memiliki persediaan makanan.
“Assalamu’alaikum. Akhi kami dalam keadaan baik Alhamdulillah, Syabab (ketiga anak Fikri, Reza, Farid) juga baik. Semua mereka baik, jangan khawatir,” demikian bunyi pesan SMS yang diterima MER-C.
“Alhamdulillah Rumah Sakit Baik. Dan kami masih ada makanan,” tambahnya.
Bersama dengan postingan MER-C Indonesia di Instagram, terlihat kondisi bagian dalam RSI yang mengalami kerusakan akibat serangan Israel di sekitar rumah sakit itu.
Tampak suasana gelap gulita tanpa dialiri listrik, plafon ambruk ke lantai dan beberapa bagian gedung rusak. Sehingga, rumah sakit yang mulai beroperasi sejak 2015 itu tidak dapat melakukan aktivitas medis sebagaimana mestinya.
Lebih lanjut, pihak MER-C mengatakan, saat ini komunikasi dengan ketiga relawannya hanya bisa dilakukan via pesan SMS saja — tidak disebutkan pula di mana lokasi mereka saat ini. “Kami belum dapat berbicara melalui telepon sehingga informasi yang didapat masih sangat terbatas,” tambahnya.
Adapun kabar menghilangnya ketiga relawan MER-C dilaporkan sejak Jumat (27/10). Mereka diketahui selalu rutin memberi update kondisi di Gaza melalui media sosial.
Namun, pemutusan layanan komunikasi dan internet yang dilakukan Israel sejak hari itu telah mengakibatkan jutaan orang di Gaza terisolir dan menyulitkan para relawan kemanusiaan bertugas.
Elon Musk Bakal Bantu Akses Internet di Jalur Gaza yang Mati Total
Pemilik SpaceX, Elon Musk, akan membantu memberikan akses internet di Jalur Gaza. Akses internet dan komunikasi di wilayah tersebut mati total di tengah memanasnya konflik Hamas-Israel.
“Starlink akan mendukung sambungan komunikasi bagi organisasi bantuan yang diakui internasional di Gaza,” tulis cuitan Elon Musk di X, dikutip dari Reuters, Minggu (29/10).
Pemadaman telepon dan internet mengisolasi orang-orang di Jalur Gaza ke dunia luar dan satu sama lain. Sehingga panggilan baik untuk orang terdekat, ambulans, maupun kolega di tempat lain menjadi mustahil karena Israel memperluas serangan udara dan daratnya.
Organisasi-organisasi kemanusiaan internasional menjelaskan pemadaman listrik yang dimulai Jumat (27/10) malam memperburuk situasi yang sudah menyedihkan karena menghambat penyelamatan dan mencegah kontak dengan staf mereka di lapangan.
SpaceX tidak menanggapi komentar Reuters terkait bagaimana mereka memastikan koneksi Starlink digunakan oleh organisasi bantuan dan bukan oleh kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza.
Menanggapi postingan Elon Musk di X, Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi menegaskan Israel akan menggunakan segala cara untuk melawan hal ini.
“Hamas akan menggunakannya untuk kegiatan teroris. Mungkin Musk bersedia mengkondisikan dengan membebaskan bayi, putra, putri, orang lanjut usia yang kami culik. Semuanya! Saat itu, kantor saya akan memutuskan hubungan apa pun dengan Starlink,” tulis Karhi.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina, satelit Starlink menjadi penting untuk menjaga konektivitas internet di sebagian wilayah meskipun ada upaya gangguan dari Rusia.
Sejak saat itu, Elon Musk menolak memperluas cakupan wilayah Krimea yang diduduki Rusia, dan menolak mengizinkan satelitnya digunakan untuk serangan Ukraina terhadap pasukan Rusia di sana.
Kemenkes Palestina: 8 Ribu Lebih Orang Tewas Akibat Agresi Israel
Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas pada Minggu (29/10) mengatakan, lebih dari 8.000 orang telah tewas akibat agresi Israel sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu.
Laporan ini muncul, di saat Israel mengerahkan pasukan tempur ke Jalur Gaza untuk melakukan ‘serangan darat’ dengan misi menumpas para petinggi Hamas beserta fasilitas militernya.
“Jumlah korban tewas akibat agresi Israel telah melampaui 8.000 orang, separuhnya adalah anak-anak,” kata Kementerian Kesehatan Palestina kepada AFP.
Adapun laporan terakhir mengenai korban jiwa dikeluarkan Sabtu (28/10) pagi, yang menyebut sekitar 7.703 orang telah tewas akibat bombardir Israel di Gaza dan penggerebekan di Tepi Barat.
Namun, jumlah korban jiwa kemungkinan bakal terus meningkat, seiring dengan gempuran intens dan masif yang menerpa Gaza.
Al Arabiya melaporkan, puluhan ribu tentara Israel telah memasuki wilayah Gaza dan mengerahkan dari segala jalur — dari udara, darat, hingga bawah tanah, untuk menghancurkan persembunyian Hamas.
Serangan paling masif sejak konflik Israel dan Hamas pecah dimulai pada Jumat (27/10). Menurut Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant diluncurkannya serangan tersebut menandai ‘fase baru’ dalam perang dengan Hamas.
“Tadi malam, tanah di Gaza berguncang. Kami menyerang di atas tanah dan di bawah tanah,” kata Gallant, menyinggung soal lokasi persembunyian Hamas yang terletak di terowongan bawah tanah.
Berdasarkan perkembangan terkini, Israeli Defense Forces (IDF) telah memerintahkan penduduk di Kota Gaza dan di bagian utara wilayah kantong tersebut untuk dievakuasi ke bagian yang aman, yaitu selatan.
Di wilayah selatan, kata IDF, pasokan bantuan kemanusiaan yang dimediasi Mesir dan Amerika Serikat bakal diperluas pada Minggu (29/10). Dengan kata lain, warga Gaza yang selama beberapa pekan terkepung kini sudah bisa memperoleh kebutuhan pokok.
“Warga sipil di Gaza utara dan Kota Gaza untuk sementara waktu harus pindah ke bagian selatan Sungai Wadi Gaza — ke daerah yang lebih aman di mana mereka dapat menerima air, makanan, dan obat-obatan,” kata juru bicara IDF, Daniel Hagari, dalam pesan video yang direkam pada Sabtu (28/10).
Hubungan Israel-Turki Memanas Setelah Erdogan Kritik Serangan ke Gaza
Israel menarik kembali staf diplomatik dari Turki setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menyampaikan kritikannya terhadap serangan ke Jalur Gaza.
Dilansir Al arabiyah News, Israel pada Sabtu (28/10) mengatakan, pihaknya menarik kembali staf diplomatiknya dari Turki.
Keputusan tersebut memberikan berdampak buruk terhadap hubungan bilateral setelah sebelumnya ada upaya harmonisasi kedua negara.
Diketahui Partai Erdogan menggelar unjuk rasa besar-besaran di Istanbul pada hari Sabtu yang dihadiri sekitar 1,5 juta orang.
“Israel, Anda adalah penjajah,” katanya di depan bendera Turki dan Palestina yang mengibarkan lautan pendukungnya.
Israel Perintahkan Warga Kota Gaza Dievakuasi: Akan Diberi Bantuan Kemanusiaan
Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru untuk penduduk di Kota Gaza dan bagian utara wilayah kantong itu, agar dipindahkan ke area yang ‘lebih aman’ yakni di bagian selatan.
Di bagian selatan Gaza, kata mereka, warga sipil dapat menerima air, makanan, dan obat-obatan — kebutuhan pokok yang dibatasi pasukan penjajah sejak perang dengan Hamas pecah awal Oktober lalu.
Dikutip dari AFP, pengumuman tersebut disampaikan juru bicara Israeli Defense Forces (IDF), Daniel Hagari, dalam pernyataannya di pesan video yang direkam pada Sabtu (28/10).
“Warga sipil di Gaza utara dan Kota Gaza untuk sementara waktu harus pindah ke bagian selatan Sungai Wadi Gaza — ke daerah yang lebih aman di mana mereka dapat menerima air, makanan, dan obat-obatan,” kata Hagari.
Bantuan kemanusiaan ke Gaza yang dipimpin Amerika Serikat dan Mesir, kata Hagari, akan ditingkatkan Minggu (29/10) khususnya di daerah bagian selatan.
Adapun pernyataan Hagari dirilis ketika akses ke layanan internet dan komunikasi di Jalur Gaza sedang lumpuh total sejak Jumat (27/10) akibat agresi pasukan penjajah.
“Dengan sangat menyesal, kami mengumumkan penghentian total seluruh layanan komunikasi dan layanan internet di Jalur Gaza sehubungan dengan agresi yang sedang berlangsung,” demikian bunyi pernyataan perusahaan telekomunikasi setempat, Jawwal.
Pada saat bersamaan, CEO SpaceX Elon Musk pada Sabtu (28/10) mengatakan, bakal membantu menyediakan layanan komunikasi dan internet bagi organisasi bantuan yang diakui internasional di Gaza melalui Starlink.
Namun, keinginan miliarder itu langsung ditolak mentah-mentah oleh pihak Israel tidak lama kemudian. Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karhi, menegaskan pihaknya akan menempuh segala cara agar hal itu tidak terwujud.
Sebab, menurut Karhi, Hamas akan memanfaatkan akses internet dan komunikasi Starlink untuk kepentingan mereka.
“Hamas akan menggunakannya untuk kegiatan teroris. Mungkin Musk bersedia mengkondisikan dengan membebaskan bayi, putra, putri, orang lanjut usia yang kami culik. Semuanya! Saat itu, kantor saya akan memutuskan hubungan apa pun dengan Starlink,” ujar Karhi.
Adapun perintah evakuasi ini muncul ketika militer Israel sudah mulai mengerahkan pasukan ke Jalur Gaza melalui darat.
Sebelum itu, tentara zionis menggempur Gaza dengan menggunakan serangan udara saja. Mereka membawa misi untuk menumpas Hamas beserta para petinggi dan fasilitas militernya — yang bersembunyi di terowongan bawah tanah wilayah kantong tersebut.
- Mukjizat Bagiku, Betharia Sonata Nangis Haru Rinoa Cabut Laporan Atas Leon Dozan,Ikhlas Memaafkan - 02/12/2023
- Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah,Sesampai Sana Mereka Dibombardir - 02/12/2023
- Usai Marah ke Agus Rahardjo, Jokowi Tanya ke Pratikno: Sprindik Itu Apa Toh? - 02/12/2023